Dia melihat orang lain cenderung memikirkan kepentingan keluarganya dulu baru kepentingan yang bukan keluarga. Namun sepertinya hal itu berbanding terbalik dengan yang dia lakukan. Orang-orang yang dia sayang selalu mendapatkan tempat kedua. Dia lebih mengistimewakan orang lain. Baginya, dia belum punya cukup kekuatan untuk membela keluarganya sendiri. Semua hanya karena satu orang, pikirnya. Hanya saja ia mulai sadar apakah benar itu karena satu orang itu ataukah memang karena dia yang pengecut?
Menjadi anak remaja bukanlah hal yang mudah. Namun meninggalkan masa remaja itu juga bukan perkara yang mudah. Dengan situasi dan kondisi keluarga yang tidak seperti keluarga kebanyakan, tentu pencarian jati diri semakin seperti meraba-raba dalam kegelapan.
Menurutku artikel ini adalah tentang keluh kesah seorang remaja yang berada diusia penghujung remaja. Bagaimana dia harus menjalani masa sekarang dan menghadapi masa depan dengan tetap dibawah bayang-bayang masa lalunya. Artikel ini mengingatkan aku pada pemikiran bahwa menjadi remaja bukan perkara yang mudah. Karena mereka selalu merasa tidak ada yang mengerti tentang mereka, bahkan diri mereka sendiri. Namun tentang pemikiran dan hal hal yang dilakukan oleh seseorang dalam artikel ini, aku memilih tidak berkomentar. Karena menurutku, aku dan dia mengalami hal yang sama. Kami sama-sama pecundang. Pengecut. Namun mungkin memang sekarang harus begitu dulu.Sampai kapan? Tunggu saja tanggal mainnya..
What do you think???
~5374~